Preman Opini

Ini hanya celotehan tidak penting dari orang yang tidak rutin baca berita. Kalaupun baca berita, mungkin hanya berita pilihan, headline news, dan semacamnya. Semenjak masa pemilu tahun lalu, saya mulai jengah dengan berita tanah air. Dengan pengetahuan saya yang minim politik, saya seperti melihat pertengkaran dua saudara setanah air yang berebut kekuasaan. Didukung oleh opini masyarakat yang terkadang seenaknya share berita tanpa mengklarifikasi berita tersebut sebelumnya. Bukankah kita termasuk preman opini jika berbuat demikian.
Beberapa bulan ini juga sering melihat hashtag di twitter #ShameOnYouSBY, #saveKPK #SaveAbrahamSamad #SaveHajiLulung #SaveAhok. I'm pretty sure most of them is not reading the whole news. Bukankah tambahan hashtag seperti itu akan menggiring opini masyarakat. Mungkin hashtag tersebut memang bertujuan baik, sehingga pemerintah tau masyarakatnya masih peduli terhadap kondisi negaranya. Tapi,, menurut saya kadang cara tersebut berlebihan. Seperti hashtag #ShameOnYouSBY, miris hashtag  tersebut sempat jadi trending topik. Saya rasa tidak pantas seorang anak menjelekkan ayahnya di depan umum. Alangkah lebih baiknya jika hashtag tersebut diganti tanpa menjurus ke subjek tertentu, misalnya #SayNoRUUPilkada  atau semacamnya. #saveKPK #SaveAbrahamSamad bisalah diganti dengan #SaveIndonesia, #SayNoToCorruption, bla..  bla... Mungkin anda lebih kreatif dari saya. Setidaknya kita mengangkat dan mengkritisi isu nasional tanpa ada kata-kata yang tersurat memihak atau mencerca pihak tertentu. Entah kenapa saya semakin jengah baca berita. Seakan-akan kita senang ada berita yang menjatuhkan seseorang yang tidak kita sukai, tanpa kita pastikan terlebih dahulu. Bukankah kita dan mereka adalah manusia yang tak luput dari kesalahan. 

Satu berita berupa gambar maupun video bisa menimbulkan banyak persepsi bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Satu berita baik, bisa menjadi buruk jika kita hanya menuliskan hal-hal negatif tentang berita tersebut. Saya kecewa dengan para pencari berita beserta antek-anteknya yang berkontribusi hingga berita tersebut sampai ke masyarakat. Saya pikir para pencari berita kita saat ini sepertinya sudah tidak kritis dan gampang terbeli dengan uang. Entah karena deadline atau intervensi dari pihak tertentu, membuat para kuli tinta ini tidak menulis secara objektif.

Janganlah kita termakan berita-berita tersebut sebelum mencari tahu lebih dalam. Mungkin saya memang omong doang  tanpa memberi solusi. Apa yang saya paparkan juga berdasarkan opini saya  pribadi *saya termasuk preman opini sepertinya. Hanya ingin mengingatkan saya sendiri dan anda sekalian. Bersikaplah seobjektif dan sebijaksana mungkin saat membaca suatu berita. Selalu tetapkan praduga tak bersalah terlebih dahulu, sebelum ngeshare berita-berita tersebut. Hendaknya kita melakukan tabayyun terlebih dahulu. Preman opini sudah semakin menjamur. Waspadalah! Waspadalah!
Sekian celotehan tidak penting dari orang yang menanti berita baik dan benar dari negeri tercinta.

NB: Tabayyun mengandung pengertian mencari kejelasan hakekat suatu fakta dan informasi atau kebenaran suatu fakta dan infromasi dengan teliti, seksama, dan hati-hati.


Comments

Popular posts from this blog

Tanya Jawab Montessori (Part 1)

Tanya jawab Montessori (Part 2)

Memulai Montessori… Mengenal Kurikulum Montessori…