Doa
Doa, karena kita makhluk yang lemah
kita berserah diri meminta pertolongan kepada Allah SWT. Kita minta segala
sesuatu kepada-Nya. Tapi ada hati kecil yang bertanya, bukankah kamu sering
mengucap Alhamdulillah. Bersyukur atas rahmat dan rezeki yang diberikan Allah
SWT selama ini. Kenapa kamu masih berdoa, meminta segala jenis doa untuk
mempermudah urusanmu di dunia. Bukankah Allah SWT Maha Tahu, Maha Pemurah, Maha
Penyayang. Bukankah Dia tahu apa yang dibutuhkan oleh hamba-hambaNya tanpa kita
minta.
Mari kita menyimak cuplikan tulisan
ustadz Salim A. Fillah yang judulnya Doa Empat Ribu Tahun, tulisan lengkapnya
bisa dibaca di website beliau ya
“Aku hanyasanya doa yang dimunajatkan Ibrahim, ‘Alaihissalam..”
Doa itu, doa yang berumur 4000 tahun. Ia melintas mengarungi
zaman, dari sejak lembah Makkah yang sunyi hanya dihuni Isma’il dan
Ibundanya hingga saat 360 berhala telah
menyesaki Ka’bah di seluruh kelilingnya. Doa itu, adalah ketulusan seorang
moyang untuk anak-cucu. Di dalamnya
terkandung cinta agar orang-orang yang
berhimpun bersama keturunannya di dekat rumah Allah itu terhubung dan
terbimbing dari langit oleh cahayaNya.
“Duhai Rabb kami, dan bangkitkan
di antara mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri; yang akan
membacakan atas mereka ayat-ayatMu, mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah, serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaqksana.” (QS
Al Baqarah [2]: 129)
“Kata adalah sepotong hati”, ujar Abul Hasan ‘Ali An Nadwi, maka
doa adalah setetes nurani. Ia disuling dari niat yang haru dan getar lisan yang
syahdu. Ia dibisikkan dengan tadharru’ dan khufyah; dengan berrendah-rendah mengakui keagungan
Allah dan berlirih-lirih menginsyafi kelemahan diri. Dalam diri Ibrahim,
kekasih Ar Rahman itu, doanya mencekamkan gigil takut, gerisik harap, dan getar
cinta.
Maka dari doa itu kita belajar; bahwa yang terpenting bukan
seberapa cepat sebuah munajat dijawab, melainkan seberapa lama ia memberi
manfaat. Empat ribu tahun itu memang panjang. Tapi bandingkanlah dengan
hadirnya seorang Rasul yang tak hanya diutus untuk
penduduk Makkah, tapi seluruh alam; menjadi rahmat bukan hanya bagi
anak-turunnya, tapi semesta; membacakan ayatNya bukan hanya dalam kata, tapi
dengan teladan cahaya; mensucikan jiwa bukan hanya bagi yang jumpa, tapi juga
yang merindunya; dan mengajarkan Kitab serta Hikmah bukan hanya tuk zamannya,
tapi hingga kiamat tiba.
Dari doa itu kita belajar; bahwa Allah Maha Pemurah; tak
dimintaipun pasti memberi. Maka dalam permohonan kita, bersiaplah menerima
berlipat dari yang kita duga. Allah Maha Tahu; maka berdoa bukanlah memberitahu
Dia akan apa yang kita butuhkan. Doa adalah bincang mesra, agar Dia ridhai
untuk kita segala yang dianugrahkanNya.
Doa Empat Ribu Tahun, bukanlah doa untuk meminta kebaikan diri. Kita pun mungkin adalah jawaban dari doa Ibu, Ayah, atau orang-orang sebelum kita.
Wahai hati kecil, sebagai makhluk yang
lemah kita memang butuh berdoa kepada Allah SWT. Bukan untuk meminta segala hal
yang kita butuhkan, tetapi untuk memohon ridhonya atas segala yang telah diberikan
Allah SWT (keluarga, harta, dll). Memohon petunjuk agar ditunjukkan jalan yang
lurus dan jalan yang diridhoi Allah SWT. Mengadu dan berbincang mesra dengan Allah SWT. Biarlah segala urusan kita serahkan
kepada Allah yang Maha Tahu, yang mengatur semua kegiatan makhluknya di dunia ini *tentunya setelah usaha maksimal. Bukankah kita butuh ginjal tetap bekerja menyaring darah, tangan dan kaki ini tetap
bergerak, telinga tetap bisa mendengar, mata tetap bisa melihat, usus tetap mencerna makanan. Bukankah kita
tidak pernah meminta itu semua tetapi Allah telah memberikan apa yang kita
butuhkan. Jika kita harus berdoa meminta semua yang kita butuhkan, rasanya
tidak akan cukup seharian kita berdoa.
Bukankah jika seluruh lautan dijadikan
tinta untuk menuliskan nikmat Allah SWT juga tidak akan pernah cukup. Bukankah
nikmat itu adalah doa-doa kita yang tak terucap dan terlupa bahkan yang tidak
kita sadari. Bukankah lebih baik kita lebih banyak mensyukuri nikmat, berdoa untuk orang tua, keluarga, saudara-saudara kita.
Tulisan Cak Nun yang berjudul Tidak Minta Apa-Apa dalam Doa. Bisa dilihat tulisan lainnya di caknun.com
Yang membubung hanya mimpi, adapun permintaan mesti tahu diri.
Ada hamba yang setiap kali berdoa mengucapkan: “Ya Allah, tak
akan pernah lunas hutang rasa syukurku kepadaMu. Tak akan pernah cukup
seluruh usia yang Engkau anugerahkan ini untuk menjalani rasa terima
kasihku kepadaMu. Apakah menurutMu, hambaMu ini pantas meminta sesuatu
lagi kepadaMu?”
Kalau Anda punya dua anak, yang satu selalu meminta dan meminta,
sedangkan lainnya pemalu dan hanya menerima sesuatu kalau Anda
memberikannya dan amat jarang meminta sesuatu kepada Anda.
Pertanyaannya: kepada yang manakah anda lebih senang dan lega untuk
memberikan sesuatu?
Wahai hati kecil, apa pertanyaanmu sedikit terjawab?
Comments
Post a Comment