Ilmu vs Harta (Lapis-lapis Keberkahan part 1)
Sudah lama sekali saya
vakum dari dunia perblogan. Saatnya saya mulai merutinkan lagi menulis di blog
ini. Well, sekarang saya ingin membahas mengenai keutamaan ilmu dibandingkan
harta. Sudah lama sekali sebenarnya saya ingin menulis tentang artikel dari tulisan beliau ini. Saya kagum dengan pemahaman beliau. Begitu sederhana tapi maknanya dalam sekali. Rangkaian kata-kata beliau juga indah sekali. Artikel ini terinspirasi setelah membaca beberapa lembar dari buku
Salim A. Fillah yang berjudul Lapis-lapis Keberkahan. Recommended banget lah
pokoknya (walaupun saya belum tuntas ngebacanya... :p). Isi buku ini dalem bangettt sekaliiiii... Saya gak sengaja baca artikel di websitenya ust. Salim A Fillah. Di situ ada beberapa
artikel yang di ambil dari buku beliau Lapis-Lapis Keberkahan. Dan, saya langsung jatuh hati dengan pemikiran beliau. Bisa lah diintip di website beliau
salimafillah.com. Cekidot..
Nah, di sini saya hanya ingin mencuplik salah satu pembahasan beliau mengenai keutamaan ilmu dibandingkan harta. Di buku tersebut, beliau juga mengutip dari ulama mana gitu (*maaf nanti di update ya,,, *buka buku). Investasi ilmu itu memang lebih berharga dibandingkan harta. Allah SWT meninggikan derajat orang berilmu, tapi belum tentu hal tersebut berlaku untuk orang berharta. Seperti
kata pepatah carilah ilmu sampai ke negeri cina. Atau seperti kata Imam Syafi’I
berikut ini
Orang berilmu dan
beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu
dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan
dapatkan pengganti kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah,
manisnya hidup terasa setelah berjuang
Aku melihat air
menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi
jernih, jika tidak, kan keruh menggenang
Singa jika tak
tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak
tinggalkan busur tak akan kena sasaran
Jika matahari di
orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan
padanya dan enggan memandang
Bijih emas bagaikan
tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak
ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan
Sebagai anak rantau yang kadang kangen kampung halaman, kata-kata Imam Syafi'i ini menguatkan sekali. Kembali ke buku Ust. Salim A. Fillah,,,
Di buku lapis-lapis
keberkahahan ini saya menemukan beberapa keutamaan ilmu dibandingkan harta yang
dalem banget maknanya. Beberapa diantaranya baru saya sadari setelah saya
membaca buku ini.
Berikut ini paparan
ulama yang tercantum di buku Lapis-lapis Keberkahan dari Ust. Salim A Fillah
mengenai keutamaan ilmu dibandingkan harta:
- Ilmu adalah warisan para Rasul dan nabi-nabi. Sedangkan harta berupa emas, perak, dan permata, dilungsurkan Fir’aun, Qarun, dan raja-raja.
- Ilmu menjaga pemiliknya, sedangkan pemilik harta bersusah payah memelihara kekayaannya.
- Jika ilmu menguasai harta, akan menjadi mulialah keduanya. Sebaliknya, jika harta menguasai ilmu, kan menjadi hinalah kedua-duanya
- Kekayaan akan berkurang jika dibelanjakan, sedangkan pengetahuan akanbertambah jika dibagikan.
- Ilmu setia menyertai pemiliknya menuju kematian, kebangkitan, dan akhiratnya. Adapun harta tak mau ikut dan tetap tinggal di dunia.
- Pemilik ilmu terhormat dan diperlukan semua insan, dari rakyat jelata hingga para raja. Adapun harta hanya berguna dalam kebutuhan para faqir dan dhu’afa.
- Bagi pemilik harta, akan bermunculan mush jahat dan kawan tak tulus. Adapun empunya ilmu, berarti memperbanyak saudara dan mengurangi seteru.
- Pemilik harta hanyadigelari yang baik-baik saja jika mau memberi. Adapun ahli ilmu digelari yang baik-baik sejak belajar, terlebih ketika mengajar.
- Ketamakan pada ilmu memuliakan mereka yang masih bodoh maupun para cendekia. Sebaliknya, tamak terhadap harta menistakan yang masih miskin juga yang sudah kaya.
- Di akhirat, pemilik harta akan rumit urusan dan berbelit hisabnya. Sedangkan pelajar dan pengajar ilmu akan mendapat kemudahan dan syafa’at Nabi-Nya.
- Kemuliaan pemilik harta ada pada pernak-pernik kekayaan yang terletak di luar dirinya. Adapun keluhuran ahli ilmu adalah pengetahuan yang menyatu bersama sosoknya.
- Semua ibadah dan ketaatan pada Allah, harus dilakukan dengan ilmu. Tapi banyak kemaksiatan keji dan mungkar, dapat dilakukan dengan harta
- Agak sukar menemukan kemaksiatan yang ditujukan untuk memperoleh ilmu. Namun, bertabur banyaknya dosa-dosa yang ditujukan demi mendapatkan harta
- Harta menyergapkan kesedihan sebelum mendapatkannya dan mencekamkan kekhawatiran setelah memperolehnya. Adapun ilmu adalah kegembiraan dan keamanan, kapan pun dan dimana pun berada.
- Mencintai ilmu, baik bagi yang memilikinya maupun tidak, adalah mata air kebajikan. Adapun mencintai harta, baik di kala berpunya maupun papa, adalah sumber keburukan.
- Adam diciptakan, lalu dibekali ilmu, dan bukannya harta, yang membuatnya unggul di hadapan para malaikat dan menerima sujud dan penghormatan mereka.
- Rabb kita menciptakan makhluk pertamanya berupa pena, menurunkan wahyu pertama pada Nabi-Nya berupa ‘baca’, dan menjadikan mu’jizat utama Rasulullah adalah kitab-Nya.
- Harta hanya bias mulia dan membawa ke surga jika dimakmumkan kepada ilmu. Adapun ilmu tak harus disertai harta untuk menjadikan pemiliknya begitu.
- Orang berharta lagi berlimu yang berinfaq, pahalanya disamakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan orang berilmu miskin yang baru berniat untuk itu.
- Para pemilik harta mudah dijangkiti kesombongan hingga mengaku Tuhan. Adapun para pemilik ilmu dikaruniai sifat takut kepada Allah danrendah hati terhadap sesama insan.
Begitulah keutamaan ilmu dibandingkan harta
yang tercantum di bukunya Ust. Salim A Fillah. Ada beberapa catatan yang
menurut saya penting agar kita bisa mendapatkan keutamaan ilmu seperti
yang disebutkan di atas. Menurut saya lo yaaaa,,,,
Pertama adalah niat, apakah niat kita mencari
ilmu untuk kebaikan umat ataukah untuk menghancurkan umat. Percuma kita mencari
ilmu, kalo ujung-ujungnya membuat obat kimiawi berbahaya atau membuat bom yang
disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.
Kedua, cara mencari ilmu, tidak dengan menghalalkan segala cara
untuk mendapatkan ilmu. Ilmu itu bisa didapat di mana saja. Saya suka sekali dengan jargon SKR (Sekolah Kita Rumpin). "Sebab setiap tempat adalah sekolah kita."
Kita bisa belajar dan mendapat ilmu di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.
Ketiga, seperti
ilmu padi, semakin berisi semakin menunduk. Tidak merasa lebih mengerti, asal
tuding sana-sini, merasa paling benar. Intinya sih ilmu hendaknya disertai
dengan takwa kepada Allah SWT sehingga kita tetap berada di jalan yang benar.
Keempat, berbagi ilmu dengan orang lain. Apalah gunanya kita hebat atau pandai pada suatu bidang tetapi orang-orang di sekitar kita tidak mendapatkan manfaat sama sekali.
Semoga bermanfaat!!!
Oia, ust. Salim A. Fillah punya kajian rutin Majelis Jejak Nabi di beberapa kota. Setau saya sih ada di Jakarta, Cikarang, Bandung, Jogjakarta. Ada beberapa tempat lain sepertinya, cuma saya kurang tau *nanti coba cari info
Selanjutnya, ada artikel mengenai pemahaman rezeki dari buku beliau (*tapi belum tau kapan :p)
Selanjutnya, ada artikel mengenai pemahaman rezeki dari buku beliau (*tapi belum tau kapan :p)
Comments
Post a Comment